Random Posts

Tuesday, August 4, 2015

MULIAKANLAH AYAH DAN IBU


Salamun ‘alaikum

Saudaraku, mari kita muliakan orang tua kita, mari kita memohon pada Allah untuk bisa memuliakan orang tua kita dengan tulus dan benar seperti yang Allah ridha. Karena kita tak akan mungkin bisa membalas kebaikan orang tua kita sekaya-raya apapun kita, sehebat apapun kedudukan kita dalam kehidupan dunia ini.

Tak beriman pada Allah pun mereka, kita tetap diperintahkan untuk mengucapkan kepada mereka perkataan yang mulia dan merendahkan diri dengan penuh rasa sayang.

Saudaraku, sebaik apapun amal ibadah kita, sebagus apapun kehidupan dunia kita, sebagus apapun anak dan pasangan kita, semua itu tidak ada artinya bila kita telah menyakiti hati orang tua kita! Walaupun itu goresan kecil, walaupun itu setitik saja, walaupun itu sedikit saja dan kita tidak memohon ampunannya, kita tidak memohon maafnya. Itulah ke sia-sia-an!
Apalagi bila sampai orang tua kita melaknat kita, sampai mereka mengangkat tangan dan berdoa memohon ke- tidak-baik-an pun bagi kita…yang pasti dikabulkan oleh Allah! Hancurlah kita!
Bahkan sesering apapun kita bersyukur pada Allah…tak akan diterima syukur kita itu oleh Allah sebelum kita bersyukur pada orang tua kita.

Saudaraku, salah satu tanda dekatnya hari kiamat adalah ibu melahirkan majikannya. Anaknya jadi majikan ibunya… ngebos, nyuruh-nyuruh, ga mau disuruh, berani ngambek sama ibunya, berani memperlihatkan muka masam pada ibunya, malah ada yang berani cari gara-gara…sengaja biar bisa ribut seperti di sinetron sama ibunya! Misalnya, contoh kasus, seorang ibu meminta pada anak perempuannya yang telah berumah tangga, yang belum mampu beli rumah dan sementara numpang dirumahnya: “Nak tolong itu boneka anakmu jangan berantakan dilantai begitu!” Lalu si anak tak menggubris nya sama sekali! Akhirnya sang ibu bersabar dan merapihkan boneka bekas main cucunya itu…lalu si anak kurang ajar ini tersinggung…dia letakkan lagi itu dilantai, lalu sang ibu tetap bersabar dan merapihkannya lagi…terus dan terus sampai sepuluh kali lebih! Si anak durhaka ini sengaja ingin membuat kesal ibunya! Di hatinya tidak terima urusan sekecil boneka saja harus diatur-atur! Ga modern! Ga Maju! Menganggu privasi! Begitu umpatnya dalam hati!
Lalu bagaimana ia bisa menjalankan kemauan ibunya bila misalnya sang ibu ingin boneka itu di buang atau di penggal kepalanya! Untung saja ibunya sabar. Tapi si anak? Bagus bila anak itu memiliki kelembutan hati, lalu hidayah bisa masuk ke dalam hatinya...lalu ia menyesal dan memohon ampunan, memohon maaf pada ibunya…insyaAllah ia akan temui ibunya mengampuni dan memaafkannya…karena begitulah kasih ibu...tapi bila tidak?

TAPI BILA TIDAK? Bila si anak berhati keras! Dan tak merasa bersalah sedikitpun? Maka tak akan ada keuntungan baginya! Malah kecelakaan, kehancuran, azab menantinya di dunia ini dan di akhirat kelak! Karena dia telah durhaka pada ibunya! Dia telah menggores luka dihati ibunya! Telah melakukan dosa besar yang terbesar!  Dosa besar yang terbesar setelah menduakan Allah yakni durhaka pada orang tuanya!

Tak usahlah kita membandingkannya dengan para Nabi, yang jelas-jelas diselamatkan…dijaga oleh Allah dari melakukan dosa dan kesalahan!
Atau dengan masyarakat jahiliah yang menyembah berhala sebelum kedatangan Rasulullah Shalallahu’alaihiwasallam…masyarakat yang menjunjung tinggi kejujuran, membela dan menghormati saudara, masyarakat yang cerdas dan jauh dari kerusakan filsafat, masyarakat yang begitu memuliakan orang tuanya…yang bangga hingga tau nama bapak, kakek sampai leluhur-leluhurnya! Hingga siap menerima Islam, satu-satunya agama yang Allah ridha, yang Allah turunkan melalui hamba terbaikNYA Baginda Rasulullah Muhammad Shalallahu’alaihiwasallam, hingga mereka menjadi yang terbaik dari umat terbaik ini, menjadi contoh terbaik, menjadi  suri tauladan terbaik bagi generasi selanjutnya hingga akhir zaman...
Tak usahlah dibandingkan dengan mereka!
Bandingkan dengan binatang sajalah…

Pantaskah kita bersikap perhitungan pada orang tua kita?
Pantaskah kita menunjukkan bahwa kita lebih hebat dan lebih pintar pada mereka?

Andaikata pun kita mampu mengaudit seluruh biaya pengeluaran mereka dalam membesarkan kita…mulai dari saat kita dalam kandungan, dilahirkan dan dibesarkan sampai kita sebesar ini. Dengan ahli audit terhebat di dunia saat ini misalnya, yang menguasai ilmu audit terhebat di dunia, yang juga menguasai ilmu meneropong masa lalu, lalu darinya kita bisa tau berapa jumlah total seluruh biaya pengeluaran orang tua kita dalam membesarkan kita itu dan kita mampu membayarnya…tetap saja…kita lakukan itu untuk membayar, untuk angkuh menunjukkan bisa membayar atau bodoh menganggap membalas itu dengan uang…seolah-olah semua bisa dihargai dengan uang! Sedangkan mereka…orang tua kita… melakukannya dengan penuh pengorbanan dan dengan penuh harap…harapan selamatnya kita, sehatnya kita, bisa besar dan bisa bahagia kelak! Dan ini TIDAK TERBAYAR!
Apalagi pada ketentuan Allah? Bahwa kita dilahirkan ke dunia ini lewat mereka! Kita tak bisa rubah itu…apalagi menggugatnya! Tak terima nya kita pada ketentuan Allah itu sedikit saja..maka sudah menjelaskan betapa bermasalahnya ke-iman-an kita pada Allah!

"Dan Kami perintahkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada dua orang ibu-bapaknya,
ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.

Bersyukurlah kepadaKU dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepadaKU-lah kembalimu.
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan AKU sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya,

dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepadaKU, kemudian hanya kepadaKU-lah kembalimu, maka KUberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan."
(Al-Qur'aanul Kariim, Surah Lukman, ayat 14-15)

"Dan Robb-mu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. 

Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah"
dan janganlah kamu membentak mereka,

dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan,

dan ucapkanlah:
"Wahai Robb-ku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil"."
(Al-Qur'aanul Kariim, Surah Al-'Israa', ayat 23-24)


Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata,
“Ada tiga ayat yang diturunkan dan dikaitkan dengan tiga hal, tidak diterima salah satunya jika tidak dengan yang dikaitkannya:
Pertama, firman Allah Ta’ala...Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasulullah Muhammad Shalallahu'alaihiwasallam...maka barangsiapa taat kepada Allah namun tidak taat kepadaRasulullah Muhammad Shalallahu'alaihiwasallam, ketaatannya tidak diterima.
Kedua, firman Allah Ta’ala...Dan dirikanlah shalat serta tunaikan zakat...maka barangsiapa melakukan shalat namun tidak mengeluarkan zakat, tidaklah diterima.
Ketiga, firman Allah Ta’ala...Agar kamu bersyukur kepada-KU dan kepada kedua orang tuamu...maka barangsiapa bersyukur kepada Allah namun tidak bersyukur kepada kedua orang tua, tidak diterima syukurnya.

Nabi Shallallahu’alaihiwasallam bersabda:
 "Keridhaan Allah ada di dalam keridhaan kedua orang tua dan kemurkaan Allah ada pada kemurkaan kedua orang tua“.
(HR. Imam Tarmidzi)

 “Maukah aku beritahu kalian tentang dosa besar yang paling besar? Yakni menyekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua.”
 (HR. Bukhari Muslim)

“Tidak akan masuk surga orang yang durhaka (kepada kedua orang tua), orang yang menyebut-nyebut kebaikannya, dan yang kecanduan khamr.”
(HR. Bukhari Muslim)

Semua dosa ditunda siksanya oleh Allah sekehendak-NYA hingga hari Kiamat kecuali dosa Durhaka kepada orang tua. Sesungguhnya dosa durhaka disegerakan siksanya bagi pelakunya.
(HR. Hakim)

“Allah melaknat kepada orang yang durhaka kepada orang tuanya”

"Ada tiga doa yang terkabulkan dan tidak ada keraguan padanya:
Doa orang yang didzalimi,
Doa orang yang bepergian,
dan doa tidak baik orang tua terhadap anaknya.”
(HR. Imam Tarmidzi, Abu Dawud, dan Thabrani).

Ka’abul Ahbar Rahimahullah berkata,
“Sesungguhnya Allah menyegerakan kehancuran bagi seorang hamba jika ia durhaka kepada orang tuanya. Kehancuran itu merupakan siksaan baginya. Dan sesungguhnya Allah menambah umur orang yang berbakti kepada orang tua agar bertambah pengabdian dan kebaikannya kepada mereka.”

Ka’abul Ahbar Rahimahullah ditanya tentang durhaka kepada orang tua, “Apakah itu?”
Ia menjawab, “Yaitu jika ayah atau ibunya menyumpahinya, ia tidak mempedulikannya,
jika mereka menyuruhnya, ia tidak mentaatinya,
jika meminta sesuatu kepadanya, ia tidak memberinya,
dan jika diberi amanat, ia mengkhianatinya.”

Seseorang datang kepada Nabi Shalallahu'alaihiwasallam dan berkata: “Wahai Rasulullah, ayahku ingin merampas hartaku!” Rasulullah Shalallahu'alaihiwasallam bersabda, “Kamu dan hartamu untuk bapakmu”.

Seseorang datang kepada Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam dan bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah yang berhak mendapatkan perlakuan baik?”
Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam menjawab, “Ibumu.”
Beliau bertanya, “Kemudian siapa?”
Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam menjawab, “Ibumu.”
Ia bertanya lagi, “Kemudian siapa lagi?”
Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam menjawab, “Ibumu.”
Ia bertanya lagi, kemudian siapa?
Beliau menjawab, “Ayahmu. Kemudian yang paling dekat dan yang paling dekat.

Seseorang datang kepada Abu Darda’ Radhiyallahu'anhu dan berkata, “Hai Abu Darda’, sesungguhnya aku menikahi seorang wanita dan ibuku menyuruhku untuk menceraikannya.” Abu Darda’ berkata, aku mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam bersabda. “Orang tua adalah pintu tengahnya surga, jika kamu mau, hilangkan saja pintu atau jagalah”.

Dari Amr bin Murrah Al Juhani berkata:
Seseorang datang kepada Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam dan bertanya: “Wahai Rasulullah, bagaimana menurutmu jika aku melaksanakan shalat lima waktu, aku berpuasa Ramadhan, menunaikan zakat, berhaji, dan ke Baitullah…maka apa yang aku dapatkan?” Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam menjawab, “Barangsiapa melakukan hal itu ia bersama para Nabi, Shiddiqin, Syuhada, dan Sholihin, kecuali jika ia durhaka kepada orang tuanya.”
(HR. Ahmad dan Thabrani).

Ibnu Umar Radhiallahu'anhu melihat seorang seseorang sedang memanggul ibunya dengan lehernya sambil mengelilingi Ka’bah. Orang itu bertanya: “Hai Ibnu Umar, apakah dengan demikian berarti aku telah membalasnya?” Ibnu Umar menjawab, “Belum sedikit pun kamu membalasnya, namun kamu telah berbuat baik kepadanya. Dan Allah akan membalas atas sedikit kebaikanmu dengan balasan yang banyak”

Semoga Allah Subhanahuwata’ala jadikan kita hambanya yang bisa memuliakan orang tua kita, sebagaimana yang Dia kehendaki, sebagaimana yang Dia ridha…Aamiin.

AllahummaShalli  waSallim waBaariq‘alaa Sayyidinaa Muhammad wa’alaa Aalihi waShohbihi wajma’iin.
--------------------------------------

With Love
-Kaan Kahfi-

Silahkan jalan-jalan ke Tulisan Kaan Kahfi lainnya. Atas kunjungannya saya haturkan banyak terimakasih.